Breaking News
Loading...

Artikel

BERITA

UNIK

Recent Post

Friday, 29 January 2016
no image

Quis Browser, URL & Search Engine

Thursday, 28 January 2016
no image

Quis Hardware

Monday, 18 January 2016
no image

Kecerdasan Emosional

Seperti yang kita tahu manusia memiliki beberapa kecerdasan, yaitu Intelegency Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quoetient (SQ) dan Emotional Spiritual Quotient (ESQ). Pada kesempatan ini, saya akan bahas tentang EQ. Apakah EQ itu????
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Kata emosi berasal dari bahasa latin yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini mengisyaratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Fazura & Ghazali menyatakan bahwa emosi berkualitas dan perasaan positif membantu siswa untuk mencapai dan memberikan potensi terbaik mereka di kelas.
Istilah kecerdasan emosional pertama kali diajukan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of  New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.
Goleman  juga mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan emosi seseorang, gunakan perasaan untuk menghasilkan motivasi diri, berempati dengan orang lain, dan membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Jadi, dapat dinyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan kecerdasan sosial untuk mengidentifikasi dan mengendalikan emosi, agar dapat menciptakan motivasi dalam diri untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain serta dapat mengatasi permasalahan yang ada.
Salovey menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :
1.      Mengenali emosi diri
            Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi (Myers).
2.      Mengelola emosi
            Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan, dan akibat-akibat yang timbul dari gagalnya keterampilan dasar ini.
 3.      Memotivasi diri sendiri
            Untuk mencapai tujuan harus memiliki motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis, dan keyakinan diri.
4.      Mengenali emosi orang lain
            Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
5.      Seni membina hubungan
            Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun.



Hasil Belajar Siswa

Hasil Belajar Siswa

                Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas dapat kita ketahui dari hasil belajar siswa. Apa itu hasil belajar siswa ??? apa saja aspek-aspek dalam hasil belajar siswa??? Berikut penulis ulas tentang hasil belajar siswa. 
               
A. pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung yang dapat memeberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
            Berdasarkan hasil belajar siswa dapat diketahui kemampuan dan perkembangan sekaligus tingkat keberhasilan pendidikan dalam sekolah. Hasil belajar harus menunjukkan peubahan perubahan keadaan menjadi lebih baik sehingga dapat bermanfaat untuk:
1.      Menambah pengetahuan, lebih memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya.
2.      Lebih mengembangkan keterampilan.
3.      Memiliki pandangan yang baru atas sesuatu hal, lebih menghargai sesuatu dari pada sebelumnya.
B. Ranah Hasil Belajar Siswa
          Nana Sudjana  menyatakan bahwa hasil belajar siwa pada hakikatnya adalah perubahan tingkalaku. Tingkah laku sebagai hasil belajlar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Nana sudjana bahwa perubahan tingkahlaku sebagai hasil belajar sebagai hasil belajar meliputi tiga ranah yaitu kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik
            Ranah kognitif adalah kawasan yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Aspek-aspek dalam ranah kognitif  adalah sebagai berikut:
1.      Pengetahuan (knowledge)(C1)
            Pengetahuan mencakup kemampuan mengenali, mengetahui dan mengingat hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan berkenaan dengan fakta atau istila-istilah, peristiwa, pengert an, kaidah, teori dan metode
2.      Pemahaman atau comprehension (C2)
            Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap pengertian dari hal-hal yanag telah dipelajari. Pada jenjang ini siswa dituntut untuk mengertia dan memahami konsep yang dipelajari.
            Kemampuan memahaami terdiri dari 3 tingkatan yaitu sebagai berikut:
a.       Menerjemahkan adalah kemampuan mengubah konsepsi abstrak menjadi suatu metode simbolik untuk mempermudah orang memahaminya.
b.      menginterpretasikan adalah kemampuan mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi, sperti gambar, diagram, tabel dan grafik.
c.       Meneksplorasi adalah kemampuan menafsirkan, menarik kesimpulan berdasarkan hasil terjemahan dan interprestasi.
3.      Penerapan atau aplicatioan (C3)
            Penerapan merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk menghadapi situasi baru yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Analisis atau  Analysis (C4)
            Analisis merupakan upaya memiashkan suatu kesatuan menjadi unsur-unsur atau bagian, sehingga jelas hirarki unsure-unsurnya, menganalisis berkenaan dengan unsure-unsur, analisis hubungan dan analisis prinsip yang terorganisasi.
5.      Sintesis atau Syntesis (C5)
            Sintesis adalah kemampuan menyatuhkan unsur-unsur menjadi satu kesatuan yang menyeluruh. Sintesis selalu menyatuhakn unsure baru yaitu menyatukan unsur-unsur dan hasil, sehingga analisis tidak dapat disebut sintesis
6.      Evaluasi atau evaluation (C6)
            Evaluasi merupakan kemampuan memberi keputusan tentang skor sesuatu yang ditetapkan dengan sudut pandang tertentu, misalnya sudut pandang tujuan, metode dan materi

Think Pair Share (TPS) - English

Think Pair Share (TPS) - English

              Teacher in the learning process requires a way to teach the material provided, so that the material is able to be understood by the students. To assist the process, we need a method or model of learning. The learning model is a systematic procedure in organizing learning experiences to achieve learning objectives. can also be interpreted as an approach used in the learning activities. As for the one that is constructivist learning satumodel and is part of a cooperative learning model is a model Think Pair Share (TPS).
Processing Study in Classroom
Here, the admin will review on Learning model Think Pair Share (TPS)
A. Definition Model TPS (Think Pair Share)
 Think pair share one type of cooperative learning developed by Frank Lyman, et al from the University of Marlyand in 1985 as a cooperative learning activities. Think Pair Share gives students the opportunity to work alone cooperate with others.

B. Benefits Model TPS
Kagan in the article stating the benefits of think pair share as follows:
1. Students use more time to do his job with one another, when they engage in activities of think pair share more students who raise their hands to answer after practicing with a partner.
2. Teachers have more time to think when using think pair share. They can concentrate on listening to the answers of students, observe the reaction of students and showed a high question.
            According Guntu, think pair share is a simple technique to great advantage. Think Pair share can improve students' ability to recall information. A student learning from other students and with each other to convey the idea to be discussed before it is delivered deadpan class. Moreover, it can improve self-confidence and all students are given the opportunity to participate in the class.

C. Excellence Model TPS
There are several reasons why TPS should be used ,:
1. Think Paair help structure the discussion Share limiting opportunities yangg mind and its behavior deviate because they have to report the results to its partners pemikiannya.
2. Think Pair share increase student participation in increasing the amount of information that may remember the students.
3. Think pair share increasing duration "Time on the ask" in the class and quality of the contribution of the students in class discussions.
4. Students can develop their social life skills.
           TPS give to the students to think and think to respond and help each other. When compared to conventional methods such as lectures diamana teacher reveal a seoarang student questions and provide answers, then the TPS is more gives an opportunity to students in response to the problems posed by the teacher (Nurhadi).
              Pitcher outlines the advantages and disadvantages of cooperative learning model TPS as follows:
1. Students can interact in solving the problem and finding a concept developed
2. Each student in the group trying to figure out the answer given questions.
3. Train students to improve skills berkomunikas through group discussion and presentation of answers to a question or problem.
4. Improve the skills to think individually or in groups.

D. Steps Think Pair Share
1. Thinking (thinking)
            Teacher questions or issues that relate to the lesson and then students are asked to think independently for some time. According to Susilo (2005: 4) at this stage the teacher gives a sign that the students think about the answers or solutions to the problems that the teacher in a specific time and advised the students to write an answer or a solution of the ideas.
2. Pairing (Pair)
            The teacher asks the students pair up with the rest of the other to discuss what has been thinking of the first stage (think). Interaction at this stage is expected to share the answers if it has diajuakn a particular problem that has been identified. According susilo (2005: 5) at this stage individually represent their group to report the results of the discussion throughout the class.
3. Sharing (Sharing)
            In the final stage, the teacher asks kepaa pair to share with the whole class about what has been discussed. This is effectively done by rotating the pair-by-pair continued until a quarter of couples reported.

Try Reading: Think Pair Share (TPS) (in Indonesia Language)
Model TPS (Think Pair Share)

Model TPS (Think Pair Share)

                Guru dalam proses pembelajaran memerlukan suatu cara untuk mengajarkan materi yang diberikan, supaya materi tersebut mampu dipahami oleh siswa. Untuk membantu proses tersebut, maka diperlukan suatu metode atau model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. dapat juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Adapun salah satumodel pembelajaran yang bersifat konstruktivistik dan merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif adalah model Think Pair Share (TPS). 
Gambar Proses Pembelajaran di Kelas
Berikut ini, admin akan ulas tentang model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
A. Pengertian Model TPS (Think Pair Share)
 Think pair share merupakan salah satu tipe pembelajaraan kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas Marlyand pada tahun 1985 sebagai salah satu kegiatan kooperatif learning. Think Pair Share memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri bekerja sama dengan orang lain.
B. Manfaat Model TPS
Kagan dalam artikel menyatakan manfaat think pair share sebagai berikut:
1.      Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya satu sama lain, ketika mereka terlibat dalam kegiatan think pair share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka menjawab setelah berlatih dengan pasangannya.
2.      Guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan think pair share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa dan menunjukkan pertanyaan yang tinggi.
            Menurut Guntu , Think Pair share adalah suatu teknik sederhana dengan keuntungan besar. Think Pair share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat informasi. Seorang siswa belajar dari siswa lain dan saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan deadpan kelas. Selain itu dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
C. Keunggulan Model TPS
Ada beberapa alasan mengapa TPS perlu digunakan,:
1.      Think Paair Share membantu menstrukturkan diskusi sehingga membatasi kesempatan pikirannya dan tingkahlakunya yangg menyimpang karena mereka harus melaporkan hasil pemikiannya ke mitranya.
2.      Think Pair share meningkatkan partisipasi siswa dalam meningkatkan banyaknya informasi yang dapat diingat siswa.
3.      Think pair share meningkatkan lamanya “ Time on ask” dalam kelas dan kualitas konstribusi siswa dalam diskusi kelas.
4.      Siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup sosialnya.
           TPS memberikan kepada siswa untuk berpikir dan berpikir merespon serta saling membantu satu sama lain. Bila dibandingkan dengan metode konvensional seperti ceramah diamana guru mengungkap suatu pertanyaan dan seoarang siswa memberikan jawaban, maka TPS ini lebih memberikan kesempatan pada siswa dalam menanggapi permasalahan yang diajukan oleh guru (Nurhadi).
              Buyung menguraikan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai berikut:
1.      Siswa dapat berinteraksi dalam memecahkan masalah dan menemukan konsep yang dikembangkan
2.      Setiap siswa dalam kelompoknya berusaha untuk mengetahui jawaban pertanyaan yang diberikan.
3.      Melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berkomunikas melalui diskusi kelompok dan presentasi jawaban suatu pertanyaan atau permasalahan.

4.      Meningkatkan keterampilan berpikir secara individu maupun kelompok.
D. Langkah-langkah Think Pair Share
1.      Thinking (Berpikir)
            Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran kemudian siswa diminta untuk memikirkannya secara mandiri untuk beberapa saat. Menurut Susilo (2005:4) pada tahap ini guru memberikan tanda agar siswa memikirkan jawaban atau solusi atas masalah yang diberikan guru dalam waktu tertentu dan disarankan siswa menulis jawaban atau pemecahan hasil pemikiran.
2.      Pairing (Berpasangan)
            Guru meminta siswa berpasangan dengan sisa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama (berpikir). Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajuakn suatu persoalan khusus yang telah diidentifikasi. Menurut susilo (2005:5) pada tahap ini secara individual mewakili kelompok mereka untuk melaporkan hasil diskusinya keseluruh kelas.
3.      Sharing (Berbagi)
            Pada tahap akhir, guru meminta kepaa pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah dibicarakan. Hal ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dilanjutkan sampai seperempat pasangan yang melaporkan.
            

Baca juga: 
* Model Pembelajaran Kooperatif
* Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
* Think Pair Share (TPS)-English
no image

Model Pembelajaran Kooperatif (Cooveratif Learning)

Selamat datang kembali Pembaca,,
Pada kesempatan hari ini saya akan berbagi tentang ulasan salah satu model pembelajaran. Proses belajar mengajar guru di sekolah tidak terlepas dari peran model pembelajaran. Model pembelajaran sangat membantu dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Melalui model pembelajaran ini, target pembelajaran bisa tercapai. Berikut admin ulas sedikit tentang pembeajajaran konstruktivisme yautu pembelajaran dengan model kooperatif. 
Cooperatif Learning
Baca juga : Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
            Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran yang digunakan dimana siswa saling kerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompoknya serta saling membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran demi tercapainya tujuan pembelajarana yang dirumuskan.
            Pembelajaran kooperatif learning adalah implikasinya terhadap hasil belajar, system belajar kelompok dalam model cooperatif learning mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dan individu siswa, mendorong peningkatakan dan kegairahan belajar siswa, serta pengembangan dan ketercapaian kurikulum.
            Keberhasilan pembelajaran kooperatif dapat sukses apabila buku materi pelajaran tersedia lengkap dalam kelas, serta siswa diberikan kebebasan untuk memperoleh tingkah laku siswa dalam berdiskusi tidak didominasi oleh guru (Haryoto).
B. Sintak /Fase/ Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Fase-fase
Tingkah laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan infromasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi atau lewat bahan  bacaan
Fase 3
Mengorganisasi siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelomook bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberi penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Demikian penjelasan tentang model pembelajaran kooperatif, jika ada masukan silahkan kita diskusikan pada komentar di bawah, semoga bermanfaat!

Pembelajaran Fisika (Part-2)

Pembelajaran Fisika (Part-2)

Gambar Siswa Belajar Fisika
A. Hakikat Pembelajaran
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Pembelajaran, mengemukakan bahwa pembelajaran berarti meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan siswa, sedangkan  Mulyasa dalam bukunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, mengemukakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.  Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan siswa.
B. Hakikat Pembelajaran Fisika
Pembelajaran fisika merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pemebelajaran sains. Hardayanto menyatakan bahwa pembelajaran sains memiliki paling tidak dua dimensi, yakni belajar materi sains dan bagaimana melakukan kegiatan sains.  Dalam mempelajari fisika, siswa tidak hanya dituntut untuk memahami konsep-konsep sains, tetapi juga dituntut untuk melakukan kegiatan sains, sehingga pembelajaran sains menjadi lebih aplikatif dan bermakna bagi siswa.  Siswa tidak hanya sekedar menghafal rumus-rumus serta pengertian dasar, tetapi siswa dituntut untuk dapat menggunakan konsep-konsep dan rumus-rumus itu dalam penyelesaian  masalah yang bersifat aplikatif atau siswa mampu mengorganisasi semua konsep dan hukum-hukum fisika yang diterimanya dalam rangka pemecahan suatu masalah.
Adapun factor penting untuk membuat pembelajaran fisika menjadi lebih menarik dan menghasilkan prestasi siswa yang tinggi adalah melibatkan siswa secara aktif dalam mengamati dan mengoperasikan alat atau berlatih menggunakan obyek konkrit sebagai bagian dari pelajaran.
Dengan pemahaman fisika yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, maka dalam penerapannya seharusnya tidak hanya menyajikan fakta-fakta dan informasi tentang fisika, tetapi juga bagaimana proses memperoleh informasi fisika.  Dengan demikian, guru  dalam proses belajar mengajar berkewajiban menciptakan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan nilai-nilai yang sama dengan nilai-nilai yang membimbing praktek fisikawan.  
Hal-hal yang harus dimunculkan terkait dengan nilai-nilai praktek fisikawan, antara lain : (1) Adanya kesempatan memunculkan ide-ide, metode-metode, jawaban-jawaban maupun penyelesaian alternative, (2) Adanya dorongan untuk mengidentifikasi dan kemudian memecahkan masalah, (3) Pemberian kesempatan untuk berbeda pendapat.

Pengalaman atau mengalami sendiri mempunyai nilai yang sangat tinggi dalam proses belajar (Wartono).  Pengalaman atau mengalami sendiri dalam pembelajaran fisika tertuang dalam kegiatan praktikum.  Berpraktikum  dapat diartikan  sebagai keterampilan  untuk mengadakan pengujian  terhadap ide-ide yang bersumber fakta, konsep dan ilmu pengetahuan sehingga dapat memperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu.  Sehingga kegiatan praktikum merupakan pembuktian suatu teori.  Melalui kegiatan praktikum fisikawan dapat mengetahui apakah idea tau gagasannya benar atau salah.  Didalam kegiatan praktikum terdapat keterampilan-keterampilan ilmiah yang dibutuhkan dalam pembelajaran fisika, keterampilan yang dimaksud antara lain keterampilan dalam mengendalikan suatu variable, melakukan kecermatan dan mengembangkan kemampuan mengamati.

Back To Top