
Artikel
BERITA
UNIK
Recent Post
Friday, 29 January 2016

Thursday, 28 January 2016
Monday, 18 January 2016

Kecerdasan Emosional
Seperti yang kita tahu manusia memiliki beberapa kecerdasan, yaitu Intelegency Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quoetient (SQ) dan Emotional Spiritual Quotient (ESQ). Pada kesempatan ini, saya akan bahas tentang EQ. Apakah EQ itu????
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Kata emosi berasal dari bahasa latin yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini mengisyaratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Fazura & Ghazali menyatakan bahwa emosi berkualitas dan perasaan positif membantu siswa untuk mencapai dan memberikan potensi terbaik mereka di kelas.

Istilah kecerdasan emosional pertama kali diajukan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.
Goleman juga mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan emosi seseorang, gunakan perasaan untuk menghasilkan motivasi diri, berempati dengan orang lain, dan membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Jadi, dapat dinyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan kecerdasan sosial untuk mengidentifikasi dan mengendalikan emosi, agar dapat menciptakan motivasi dalam diri untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain serta dapat mengatasi permasalahan yang ada.
Salovey menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :
1. Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi (Myers).
2. Mengelola emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan, dan akibat-akibat yang timbul dari gagalnya keterampilan dasar ini.
3. Memotivasi diri sendiri
Untuk mencapai tujuan harus memiliki motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis, dan keyakinan diri.
4. Mengenali emosi orang lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
5. Seni membina hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun.
Hasil Belajar Siswa
Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas dapat kita ketahui dari hasil belajar siswa. Apa itu hasil belajar siswa ??? apa saja aspek-aspek dalam hasil belajar siswa??? Berikut penulis ulas tentang hasil belajar siswa.

A. pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung yang dapat memeberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung yang dapat memeberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Berdasarkan
hasil belajar siswa dapat diketahui kemampuan dan perkembangan sekaligus tingkat
keberhasilan pendidikan dalam sekolah. Hasil belajar harus menunjukkan peubahan
perubahan keadaan menjadi lebih baik sehingga dapat bermanfaat untuk:
1. Menambah
pengetahuan, lebih memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya.
2. Lebih
mengembangkan keterampilan.
3. Memiliki
pandangan yang baru atas sesuatu hal, lebih menghargai sesuatu dari pada
sebelumnya.
B. Ranah Hasil Belajar Siswa
B. Ranah Hasil Belajar Siswa
Nana Sudjana menyatakan bahwa hasil belajar siwa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkalaku. Tingkah laku sebagai hasil belajlar dalam pengertian yang luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Nana sudjana bahwa
perubahan tingkahlaku sebagai hasil belajar sebagai hasil belajar meliputi tiga
ranah yaitu kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik
Ranah kognitif adalah kawasan yang
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Aspek-aspek
dalam ranah kognitif adalah sebagai
berikut:
1. Pengetahuan
(knowledge)(C1)
Pengetahuan mencakup kemampuan
mengenali, mengetahui dan mengingat hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan
dalam ingatan. Pengetahuan berkenaan dengan fakta atau istila-istilah,
peristiwa, pengert an, kaidah, teori dan metode
2. Pemahaman
atau comprehension (C2)
Pemahaman mencakup kemampuan untuk
menyerap pengertian dari hal-hal yanag telah dipelajari. Pada jenjang ini siswa
dituntut untuk mengertia dan memahami konsep yang dipelajari.
Kemampuan memahaami terdiri dari 3
tingkatan yaitu sebagai berikut:
a.
Menerjemahkan
adalah kemampuan mengubah konsepsi abstrak menjadi suatu metode simbolik untuk
mempermudah orang memahaminya.
b.
menginterpretasikan
adalah kemampuan mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi, sperti
gambar, diagram, tabel dan grafik.
c.
Meneksplorasi
adalah kemampuan menafsirkan, menarik kesimpulan berdasarkan hasil terjemahan
dan interprestasi.
3. Penerapan
atau aplicatioan (C3)
Penerapan merupakan kemampuan
menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk
menghadapi situasi baru yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
4. Analisis
atau Analysis (C4)
Analisis merupakan upaya memiashkan
suatu kesatuan menjadi unsur-unsur atau bagian, sehingga jelas hirarki
unsure-unsurnya, menganalisis berkenaan dengan unsure-unsur, analisis hubungan
dan analisis prinsip yang terorganisasi.
5. Sintesis
atau Syntesis (C5)
Sintesis adalah kemampuan
menyatuhkan unsur-unsur menjadi satu kesatuan yang menyeluruh. Sintesis selalu
menyatuhakn unsure baru yaitu menyatukan unsur-unsur dan hasil, sehingga analisis
tidak dapat disebut sintesis
6. Evaluasi
atau evaluation (C6)
Evaluasi merupakan kemampuan memberi
keputusan tentang skor sesuatu yang ditetapkan dengan sudut pandang tertentu,
misalnya sudut pandang tujuan, metode dan materi
Baca juga: Prestasi Belajar Siswa
Think Pair Share (TPS) - English
Teacher in the learning process requires a way to teach the material provided, so that the material is able to be understood by the students. To assist the process, we need a method or model of learning. The learning model is a systematic procedure in organizing learning experiences to achieve learning objectives. can also be interpreted as an approach used in the learning activities. As for the one that is constructivist learning satumodel and is part of a cooperative learning model is a model Think Pair Share (TPS).
Here, the admin will review on Learning model Think Pair Share (TPS)
A. Definition Model TPS (Think Pair Share)
Think pair share one type of cooperative learning developed by Frank Lyman, et al from the University of Marlyand in 1985 as a cooperative learning activities. Think Pair Share gives students the opportunity to work alone cooperate with others.
B. Benefits Model TPS
Kagan in the article stating the benefits of think pair share as follows:
1. Students use more time to do his job with one another, when they engage in activities of think pair share more students who raise their hands to answer after practicing with a partner.
2. Teachers have more time to think when using think pair share. They can concentrate on listening to the answers of students, observe the reaction of students and showed a high question.
According Guntu, think pair share is a simple technique to great advantage. Think Pair share can improve students' ability to recall information. A student learning from other students and with each other to convey the idea to be discussed before it is delivered deadpan class. Moreover, it can improve self-confidence and all students are given the opportunity to participate in the class.
C. Excellence Model TPS
There are several reasons why TPS should be used ,:
1. Think Paair help structure the discussion Share limiting opportunities yangg mind and its behavior deviate because they have to report the results to its partners pemikiannya.
2. Think Pair share increase student participation in increasing the amount of information that may remember the students.
3. Think pair share increasing duration "Time on the ask" in the class and quality of the contribution of the students in class discussions.
4. Students can develop their social life skills.
TPS give to the students to think and think to respond and help each other. When compared to conventional methods such as lectures diamana teacher reveal a seoarang student questions and provide answers, then the TPS is more gives an opportunity to students in response to the problems posed by the teacher (Nurhadi).
Pitcher outlines the advantages and disadvantages of cooperative learning model TPS as follows:
1. Students can interact in solving the problem and finding a concept developed
2. Each student in the group trying to figure out the answer given questions.
3. Train students to improve skills berkomunikas through group discussion and presentation of answers to a question or problem.
4. Improve the skills to think individually or in groups.
D. Steps Think Pair Share
1. Thinking (thinking)
Teacher questions or issues that relate to the lesson and then students are asked to think independently for some time. According to Susilo (2005: 4) at this stage the teacher gives a sign that the students think about the answers or solutions to the problems that the teacher in a specific time and advised the students to write an answer or a solution of the ideas.
2. Pairing (Pair)
The teacher asks the students pair up with the rest of the other to discuss what has been thinking of the first stage (think). Interaction at this stage is expected to share the answers if it has diajuakn a particular problem that has been identified. According susilo (2005: 5) at this stage individually represent their group to report the results of the discussion throughout the class.
3. Sharing (Sharing)
In the final stage, the teacher asks kepaa pair to share with the whole class about what has been discussed. This is effectively done by rotating the pair-by-pair continued until a quarter of couples reported.
Try Reading: Think Pair Share (TPS) (in Indonesia Language)
Processing Study in Classroom |
A. Definition Model TPS (Think Pair Share)
Think pair share one type of cooperative learning developed by Frank Lyman, et al from the University of Marlyand in 1985 as a cooperative learning activities. Think Pair Share gives students the opportunity to work alone cooperate with others.
B. Benefits Model TPS
Kagan in the article stating the benefits of think pair share as follows:
1. Students use more time to do his job with one another, when they engage in activities of think pair share more students who raise their hands to answer after practicing with a partner.
2. Teachers have more time to think when using think pair share. They can concentrate on listening to the answers of students, observe the reaction of students and showed a high question.
According Guntu, think pair share is a simple technique to great advantage. Think Pair share can improve students' ability to recall information. A student learning from other students and with each other to convey the idea to be discussed before it is delivered deadpan class. Moreover, it can improve self-confidence and all students are given the opportunity to participate in the class.
C. Excellence Model TPS
There are several reasons why TPS should be used ,:
1. Think Paair help structure the discussion Share limiting opportunities yangg mind and its behavior deviate because they have to report the results to its partners pemikiannya.
2. Think Pair share increase student participation in increasing the amount of information that may remember the students.
3. Think pair share increasing duration "Time on the ask" in the class and quality of the contribution of the students in class discussions.
4. Students can develop their social life skills.
TPS give to the students to think and think to respond and help each other. When compared to conventional methods such as lectures diamana teacher reveal a seoarang student questions and provide answers, then the TPS is more gives an opportunity to students in response to the problems posed by the teacher (Nurhadi).
Pitcher outlines the advantages and disadvantages of cooperative learning model TPS as follows:
1. Students can interact in solving the problem and finding a concept developed
2. Each student in the group trying to figure out the answer given questions.
3. Train students to improve skills berkomunikas through group discussion and presentation of answers to a question or problem.
4. Improve the skills to think individually or in groups.
D. Steps Think Pair Share
1. Thinking (thinking)
Teacher questions or issues that relate to the lesson and then students are asked to think independently for some time. According to Susilo (2005: 4) at this stage the teacher gives a sign that the students think about the answers or solutions to the problems that the teacher in a specific time and advised the students to write an answer or a solution of the ideas.
2. Pairing (Pair)
The teacher asks the students pair up with the rest of the other to discuss what has been thinking of the first stage (think). Interaction at this stage is expected to share the answers if it has diajuakn a particular problem that has been identified. According susilo (2005: 5) at this stage individually represent their group to report the results of the discussion throughout the class.
3. Sharing (Sharing)
In the final stage, the teacher asks kepaa pair to share with the whole class about what has been discussed. This is effectively done by rotating the pair-by-pair continued until a quarter of couples reported.
Try Reading: Think Pair Share (TPS) (in Indonesia Language)
Model TPS (Think Pair Share)
Guru dalam proses pembelajaran memerlukan suatu cara untuk mengajarkan materi yang diberikan, supaya materi tersebut mampu dipahami oleh siswa. Untuk membantu proses tersebut, maka diperlukan suatu metode atau model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. dapat juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Adapun salah satumodel pembelajaran yang bersifat konstruktivistik dan merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif adalah model Think Pair Share (TPS).
Gambar Proses Pembelajaran di Kelas |
Berikut ini, admin akan ulas tentang model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
A. Pengertian Model TPS (Think Pair Share)
Think pair share merupakan salah satu tipe
pembelajaraan kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari
Universitas Marlyand pada tahun 1985 sebagai salah satu kegiatan kooperatif
learning. Think Pair Share memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri
bekerja sama dengan orang lain.
B. Manfaat Model TPS
Kagan dalam artikel menyatakan manfaat think pair share sebagai berikut:
Kagan dalam artikel menyatakan manfaat think pair share sebagai berikut:
1. Para
siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya satu sama
lain, ketika mereka terlibat dalam kegiatan think pair share lebih banyak siswa
yang mengangkat tangan mereka menjawab setelah berlatih dengan pasangannya.
2. Guru
mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan think pair share. Mereka dapat
berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa dan
menunjukkan pertanyaan yang tinggi.
Menurut
Guntu , Think Pair share adalah suatu teknik sederhana
dengan keuntungan besar. Think Pair share dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengingat informasi. Seorang siswa belajar dari siswa lain dan saling
menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan deadpan kelas. Selain
itu dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kelas.
C. Keunggulan Model TPS
C. Keunggulan Model TPS
Ada beberapa alasan mengapa TPS perlu
digunakan,:
1. Think Paair Share
membantu menstrukturkan diskusi sehingga membatasi kesempatan pikirannya dan tingkahlakunya
yangg menyimpang karena mereka harus melaporkan hasil pemikiannya ke mitranya.
2. Think Pair share meningkatkan
partisipasi siswa dalam meningkatkan banyaknya informasi yang dapat diingat
siswa.
3. Think pair share meningkatkan
lamanya “ Time on ask” dalam kelas
dan kualitas konstribusi siswa dalam diskusi kelas.
4. Siswa
dapat mengembangkan kecakapan hidup sosialnya.
TPS memberikan kepada siswa untuk berpikir dan berpikir
merespon serta saling membantu satu sama lain. Bila dibandingkan dengan metode
konvensional seperti ceramah diamana guru mengungkap suatu pertanyaan dan
seoarang siswa memberikan jawaban, maka TPS ini lebih memberikan kesempatan
pada siswa dalam menanggapi permasalahan yang diajukan oleh guru (Nurhadi).
Buyung menguraikan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai berikut:
1. Siswa dapat berinteraksi dalam memecahkan masalah dan menemukan konsep yang dikembangkan
2. Setiap siswa dalam kelompoknya berusaha untuk mengetahui jawaban pertanyaan yang diberikan.
3. Melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berkomunikas melalui diskusi kelompok dan presentasi jawaban suatu pertanyaan atau permasalahan.
4. Meningkatkan keterampilan berpikir secara individu maupun kelompok.
D. Langkah-langkah
Think Pair Share
1. Thinking
(Berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan
dengan pelajaran kemudian siswa diminta untuk memikirkannya secara mandiri
untuk beberapa saat. Menurut Susilo (2005:4) pada tahap ini guru memberikan
tanda agar siswa memikirkan jawaban atau solusi atas masalah yang diberikan
guru dalam waktu tertentu dan disarankan siswa menulis jawaban atau pemecahan
hasil pemikiran.
2.
Pairing (Berpasangan)
Guru
meminta siswa berpasangan dengan sisa lain untuk mendiskusikan apa yang telah
dipikirkannya pada tahap pertama (berpikir). Interaksi pada tahap ini
diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajuakn suatu persoalan khusus
yang telah diidentifikasi. Menurut susilo (2005:5) pada tahap ini secara
individual mewakili kelompok mereka untuk melaporkan hasil diskusinya keseluruh
kelas.
3.
Sharing (Berbagi)
Pada
tahap akhir, guru meminta kepaa pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas
tentang apa yang telah dibicarakan. Hal ini efektif dilakukan dengan cara
bergiliran pasangan demi pasangan dilanjutkan sampai seperempat pasangan yang
melaporkan.
Baca juga:
* Model Pembelajaran Kooperatif
* Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
* Think Pair Share (TPS)-English

Model Pembelajaran Kooperatif (Cooveratif Learning)
Selamat datang kembali Pembaca,,
Pada kesempatan hari ini saya akan berbagi tentang ulasan salah satu model pembelajaran. Proses belajar mengajar guru di sekolah tidak terlepas dari peran model pembelajaran. Model pembelajaran sangat membantu dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Melalui model pembelajaran ini, target pembelajaran bisa tercapai. Berikut admin ulas sedikit tentang pembeajajaran konstruktivisme yautu pembelajaran dengan model kooperatif.
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran yang digunakan dimana siswa saling kerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompoknya serta saling membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran demi tercapainya tujuan pembelajarana yang dirumuskan.
Pembelajaran kooperatif learning adalah implikasinya terhadap hasil belajar, system belajar kelompok dalam model cooperatif learning mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dan individu siswa, mendorong peningkatakan dan kegairahan belajar siswa, serta pengembangan dan ketercapaian kurikulum.
Keberhasilan pembelajaran kooperatif dapat sukses apabila buku materi pelajaran tersedia lengkap dalam kelas, serta siswa diberikan kebebasan untuk memperoleh tingkah laku siswa dalam berdiskusi tidak didominasi oleh guru (Haryoto).
B. Sintak /Fase/ Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
B. Sintak /Fase/ Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Fase-fase
|
Tingkah laku Guru
|
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
|
Fase 2
Menyajikan infromasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
|
Fase 3
Mengorganisasi siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
|
Fase 4
Membimbing kelomook bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
|
Fase 5
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
|
Fase 6
Memberi penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
|
Demikian penjelasan tentang model pembelajaran kooperatif, jika ada masukan silahkan kita diskusikan pada komentar di bawah, semoga bermanfaat!

Pembelajaran Fisika (Part-2)
![]() |
Gambar Siswa Belajar Fisika |
A. Hakikat Pembelajaran
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan
Pembelajaran, mengemukakan bahwa pembelajaran berarti meningkatkan
kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan siswa, sedangkan Mulyasa dalam bukunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
mengemukakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara
siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah
yang lebih baik. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya
untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan
siswa.
B. Hakikat Pembelajaran Fisika
Pembelajaran fisika merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pemebelajaran sains. Hardayanto menyatakan bahwa pembelajaran sains memiliki paling tidak dua dimensi, yakni belajar materi sains dan bagaimana melakukan kegiatan sains. Dalam mempelajari fisika, siswa tidak hanya dituntut untuk memahami konsep-konsep sains, tetapi juga dituntut untuk melakukan kegiatan sains, sehingga pembelajaran sains menjadi lebih aplikatif dan bermakna bagi siswa. Siswa tidak hanya sekedar menghafal rumus-rumus serta pengertian dasar, tetapi siswa dituntut untuk dapat menggunakan konsep-konsep dan rumus-rumus itu dalam penyelesaian masalah yang bersifat aplikatif atau siswa mampu mengorganisasi semua konsep dan hukum-hukum fisika yang diterimanya dalam rangka pemecahan suatu masalah.
Pembelajaran fisika merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pemebelajaran sains. Hardayanto menyatakan bahwa pembelajaran sains memiliki paling tidak dua dimensi, yakni belajar materi sains dan bagaimana melakukan kegiatan sains. Dalam mempelajari fisika, siswa tidak hanya dituntut untuk memahami konsep-konsep sains, tetapi juga dituntut untuk melakukan kegiatan sains, sehingga pembelajaran sains menjadi lebih aplikatif dan bermakna bagi siswa. Siswa tidak hanya sekedar menghafal rumus-rumus serta pengertian dasar, tetapi siswa dituntut untuk dapat menggunakan konsep-konsep dan rumus-rumus itu dalam penyelesaian masalah yang bersifat aplikatif atau siswa mampu mengorganisasi semua konsep dan hukum-hukum fisika yang diterimanya dalam rangka pemecahan suatu masalah.
Adapun factor penting untuk membuat
pembelajaran fisika menjadi lebih menarik dan menghasilkan prestasi siswa yang
tinggi adalah melibatkan siswa secara aktif dalam mengamati dan mengoperasikan
alat atau berlatih menggunakan obyek konkrit sebagai bagian dari pelajaran.
Dengan pemahaman fisika yang melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran, maka dalam penerapannya seharusnya tidak hanya menyajikan
fakta-fakta dan informasi tentang fisika, tetapi juga bagaimana proses
memperoleh informasi fisika. Dengan
demikian, guru dalam proses belajar
mengajar berkewajiban menciptakan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan
nilai-nilai yang sama dengan nilai-nilai yang membimbing praktek
fisikawan.
Hal-hal yang harus dimunculkan terkait dengan nilai-nilai praktek fisikawan, antara lain : (1) Adanya kesempatan memunculkan ide-ide, metode-metode, jawaban-jawaban maupun penyelesaian alternative, (2) Adanya dorongan untuk mengidentifikasi dan kemudian memecahkan masalah, (3) Pemberian kesempatan untuk berbeda pendapat.
Hal-hal yang harus dimunculkan terkait dengan nilai-nilai praktek fisikawan, antara lain : (1) Adanya kesempatan memunculkan ide-ide, metode-metode, jawaban-jawaban maupun penyelesaian alternative, (2) Adanya dorongan untuk mengidentifikasi dan kemudian memecahkan masalah, (3) Pemberian kesempatan untuk berbeda pendapat.
Pengalaman atau mengalami sendiri mempunyai nilai yang sangat tinggi
dalam proses belajar (Wartono).
Pengalaman atau mengalami sendiri dalam pembelajaran fisika tertuang
dalam kegiatan praktikum.
Berpraktikum dapat diartikan sebagai keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber fakta, konsep
dan ilmu pengetahuan sehingga dapat memperoleh informasi yang menerima atau
menolak ide-ide itu. Sehingga kegiatan
praktikum merupakan pembuktian suatu teori.
Melalui kegiatan praktikum fisikawan dapat mengetahui apakah idea tau
gagasannya benar atau salah. Didalam
kegiatan praktikum terdapat keterampilan-keterampilan ilmiah yang dibutuhkan
dalam pembelajaran fisika, keterampilan yang dimaksud antara lain keterampilan
dalam mengendalikan suatu variable, melakukan kecermatan dan mengembangkan
kemampuan mengamati.
Baja Juga: Hakikat Pembelajaran Fisika (Part-1)
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)