Kesenian Barong Bali dan Reog Ponorogo
|| Artikel Unik tentang Perbedaan Barong Bali dan Reog Ponorogo ||
Balinese Barong Dance |
aksamayasa.blogspot.com - Indonesia selain kaya akan keindahan alam dan sumber daya alamnya, negeri Indonesia ini juga kaya akan budaya, suku, bahasa, dan adat istiadatnya. Hal ini tidak terlepas dari masyarakat Indonesia yang beragam yang berasal dari beragam suku/etnik (contohnya saja suku Jawa, Sunda, Bali, Helong, Rote, dan lain-lain).
Keberagaman suku ini tentunya memunculkan tradisi yang beragam pula, terutama dari kesenian tiap daerah di Indonesia. Tiap daerah memiliki beragam tradisi yang berbeda-beda, tentunya hal ini menjadikan Indonesia kaya tradisi dan seni.
Masyarakat indonesia yang beragam memunculkan kesenian yang beragam pula, contohnya adalah kesenian dari Pulau Bali yaitu Barong Bali, kesenian Barongsai dari etnis Tionghoa, kemudia Reog Ponorogo yang merupakan tradisi dari masyarakat jawa timur (Ponorogo).
Pada kesempatan ini, saya akan membahasa tentang ketiga tradisi tersebut. Alasan mengapa saya menulis artikel ini, karena jika dilihat, ketiga bentuk kesenian ini hampir sama, tetapi tentunya memiliki perbedaan makna dan filosofinya. Baik, silahkan disimak ulasan saya tentang perbedaan ketiga kesenian tersebut.
A. Barong Bali (Balinese Dance)
*) Barong Bali merupakan sebuah tarian tradisional Bali yang ditandai dengan topeng dan kostum badan yang dapat dikenakan oleh satu atau dua orang untuk menarikannya. Barong bali dipercaya sebagai metamorfosis dari barong ponorogo atau Reog,
oleh raja Airlangga saat mengungsi ke pulau Bali untuk menyelamatkan
diri. Selain barong ponorogo yang dibawa ke bali, melainkan juga seperti
seni sastra, aksara jawa, serta keagamaan.
*) Jenis-Jenis Barong Bali
Adapun beberapa jenis BArong Bali adalah sebagai berikut:
1. Barong Ket,
Barong yang sosoknya menjulang tinggi. Sosoknya menyerupai manusia dengan tinggi dua kali tinggi badan orang dewasa. Sosok laki-laki dinamakan Jero Gede, sedangkan pasangannya disebut Jero Luh . Konon, barong jenis dibuat untuk mengelabui mahluk-makhluk halus yang menebar bencana.
Barong Ket adalah tari Barong yang paling banyak terdapat di Bali dan
paling sering dipentaskan. Barong ini juga memiliki pebendaharaan gerak tari yang paling lengkap. Dari wujudnya, Barong Ket merupakan perpaduan bentuk antara singa, macan, sapi dan naga. Badan Barong Ket dihiasi dengan kulit dan kulit berukiran rumit dan ratusan kacacermin berukuran kecil.
Barong Ket sendiri dalam tarian tersebut melambangkan dharma (kebajikan). Pasangan Barong Ket dan Rangda melambangkan pertempuran abadi andara dua hal yang berlawanan (rwa bhineda) di semesta raya ini. Tari Barong Ket diiringi dengan gamelan Semar Pagulingan
2. Barong Bangkal
Barong yang menyerupai babi
dewasa. Di Bali, babi dewasa jantan dinamakan bangkal, sedangkan yang
betina dinamakan bangkung. Itu sebabnya barong jenis ini disebut juga
dengan Barong Bangkung. Biasanya Barong Bangkal dipentaskan dengan cara
ngelelawang atau menari dari pintu ke pintu berkeliling desa pada saat perayaan hari raya Galungan-Kuningan. Barong ini ditarikan oleh dua orang penari dengan iringan gamelan batel/tetamburan
3. Barong Landung
Barong Landung ditarikan oleh seorang dan mirip dengan ondel-ondel dari Betawi (Jakarta). Ada sebuah lubang di bagian perut
barong sebagai celah pandangan sang penari. Di beberapa tempat di Bali
ada juga Barong Landung yang tak hanya sepasang. Barong-barong tersebut
diberi peran seperti Mantri (raja), Galuh (permaisuri), Limbur (dayang)
dan sebagainya. Musik pengiring tarian Barong Landung adalah gamelan
Batel.
4. Barong Macan
Barong ini menyerupai seekor Macan. Jenis barong ini cukup terkenal di kalangan masyarakat Bali.
Pementasan barong ini sama dengan barong bangkal, yakni ngelawang
berkeliling desa ketika menyambut hari raya Galungan dan Kuningan. Adakalanya pementasan barong ini dilengkapi dengan
dramatari semacam Arja (opera tradisional Bali). Barong macan ditarikan oleh dua penari dengan iringan musik gamelan batel.
5. Barong Gajah
Barong Kedingkling disebut juga Barong Blasblasan. Ada juga yang
menyebutnya barong Nong nong Kling. Secara bentuk, barong jenis ini
berbeda jauh dengan barong jenis lainnya. Barung ini lebih menyerupai
kostum topeng yang masing-masing karakter ditarikan oleh seorang penari. Tokoh-tokoh dalam barong Kedingkling persis dengan tokoh-tokoh dalam Wayang Wong. Saat menari, cerita yang dibawakannya pun adalah lakon cuplikan dari cerita Ramayana terutama pada adegan perangnya.
Pementasan barong kedingkling ini biasanya dilakukan dengan ngelawang
dari rumah ke rumah berkeliling desa pada perayaan hari Raya Galungan
dan Kuningan. Pertunjukan Barong Kedingkling diiringi dengan gamelan batel atau babonangan (gamelan batel yang dilengkapi dengan reyong). Barong Kedingkling banyak terdapat di daerah Gianyar, Bangli dan Klungkung.
6. Barong Brutuk
Barong Brutuk termasuk jenis tarian langka yang ditarikan hanya pada saat-saat khusus. Barong ini memiliki bentuk yang lebih primitif dibandingkan dengan jenis barong Bali yang lain. Topeng barong ini terbuat dari batok kelapa dan kostumnya terbuat dari keraras atau daun pisang yang sudah kering. Barong ini melambangkan makhluk-makhluk suci (para pengiring Ida Ratu Pancering Jagat) yang berstana di Pura Pancering Jagat, Trunyan. Penarinya adalah remaja yang telah disucikan, yang masing-masing membawa cambuk yang dimainkan sambil berlari-lari mengelilingi pura. Barong yang ditarikan dengan iringan gamelan Balaganjur atau Babonangan ini hanya terdapat di daerah Trunyan-Kintamani, Bangli.
*) Galerry Foto:
Rangda dan Barong |
Barong Ket |
Tradisi Ngelawang (Barong Bangkal) |
Pagelaran Barong di Batubulan, Gianyar - bali |
Barong Landung |
B. Reog Ponorogo
*) Reog merupakan salah satu seni tarian di Jawa Timur yang sampai saat ini masih terus di
lestarikan. Reog ini merupakan kebudayaan dan kesenian asli Indonesia. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat
kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Tiongkok, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit
akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan
di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan
diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini
akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar
bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan
politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
*) Makna Reog:
1) Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong",
raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya
ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang
menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas
segala gerak-geriknya.
2) Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak
yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan
Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang
berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng
Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai
lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok.
Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam.
Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk
dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara
masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan
karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.
*) Galery Foto Reog:
Reog Ponorogo |
Pagelaran Reog |
Pertunjukan Reog di Ponorogo |
Semoga Artikel ini bermanfaat, tunggu artikel UNIk lainnya!
(diolah dari berbagai sumber)
Ternyata banyak juga ya jenis barong , baru tau saya :D
ReplyDeleteyupzz,,inilah kekayaan bangsa kita mas
DeleteHarus kita lestarikan budaya bangsa :)
ReplyDeletesangat setuju mas
DeleteBanyak budaya bangsa yang sudah seharusnya dilestarikan.
ReplyDeletebenar mas, warisan budaya bangsa memang dan patut di lestarikan
DeleteJangan sampe budaya kita disikat negara lain
ReplyDeleteWidih ternyata barong bali banyak jenisnya
ReplyDeletetapi tetap lebih suka reog ponorogo sih hahahaaha
banyak sekali ya jenisnya, harus dilestaikan nih
ReplyDeletebagus gan :D Indonesia memang kaya akan budaya
ReplyDeletebarongan tempat ane jogja jg ada, tp kesenian jatilan sama gak gan modem barongannya
ReplyDeletesya cuma tahu yang Reog Mas,, klo di Bali mah banyak jenis barongnya
Deletekeren nih, kesenian kita diindonesia memang bener bener banyak, dari keragaman suku, budaya dan lain - lain. bangga menjadi anak indonesia hehehe.
ReplyDeleteane sukanya ebeg gan wkwk
ReplyDeleteKesenian & budaya indonesia emang yg terbaik (y)
ReplyDeleteindonesia memang banyak sekali budayanya
ReplyDeletePencipta Reog Ponorogo sekalipun berasal dari Bali yang bernama Ki Demang Gede Ketut Suryongalam atau Ki Ageng Kutu. Awalnya kesenian Reog ini adalah untuk menyindir Raja Prabu Brawijaya yang tunduk oleh seorang wanita ini dapat dilihat dari bentuk Reog itu sendiri yang seolah macan barang tsb ditunggangi oleh Merak. Ki Ageng Kutu memiliki tiga orang anak, yaitu Niken Gandini yang nantinya akan menjadi istri dari Raden Batoro Katong. Kedua anak lainnya adalah Suryodono dan Suryodoko yang nantinya juga akan menjadi pengikut dari Raden Batoro Katong sepeninggal ayahnya. Suryodono menjadi pengawal pribadi Raden Batoro Katong dan berganti nama menjadi Suromenggolo. Suryodoko menggantikan ayahnya memimpin Suru Kubeng dan dikenal dengan nama Surohandoko.
ReplyDelete