Breaking News
Loading...
Saturday, 16 January 2016

Indeks Warna Bintang



Menurut hukum radiasi, bintang yang biru suhunya lebih tinggi dari bintang yang warna cahayanya kuning. Magnitudi suatu bintang baik magnitudo semu maupun magnitudo mutlaknya didasarkan pada terang bintang yang diamati oleh mata disebut magnitudo visual yang diberi simbol mv, untuk magnitudo semunya dan Mv untuk magnitudo mutlak visual. Namun mata manusia itu ternyata kepekaannya terhadap warna tidak sama. Mata manusia peka terhadap cahaya kuning dan hijau dan kurang peka terhadap warna biru dan ungu.
 Sedangkan emulsi foto atau plat film itu peka terhadap bahaya biru-ungu tetapi kurang peka terhadap cahaya kuning dan bahkan tidak merespon terhadap cahaya dengan panjang gelombang yang lebih besar dari 500 nm. Sehingga terang bintang yang diamati dengan mata biasa akan berbeda hasilnya bila diamati atau diambil dengan kertas film.
Misalkan ada dua bintang A dan B di mana A adalah bintang biru dan B adalah bintang kuning. Andaikan energi cahaya yang ditangkap melalui teleskop dari kedua bintang itu sama banyaknya. Namun mata akan mengamati bintang B lebih terang dari bintang A. Sedangkan bila cahaya kedua bintang itu ditangkap dengan kertas film maka hasilnya akan nampak bintang A lebih terang dari pada bintang B. Hal ini disebabkan karena bintang A lebih banyak memancarkan energi pada daerah biru dibandingkan dengan daerah kuning dibandingkan dengan daerah biru. Jadi magnitudo bintang A bila dilihat dengan mata akan lebih besar dari magnitudo bintang B, sedangkan bila ditangkap dengan kertas foto, maka bintang A magnitudonya akan lebih kecil daro pada bintang B. Magnitudo yang dihasilkan dengan plat foto yang peka biru disebut magnitudo fotografik yang diberi simbol mf, dan untuk magnitudo mutlaknya diberi simbol Mf. Magnitudo bintang yang didasarkan pada hasil pengamatan mata biasa dinamakan magnitudo visual yang diberi simbol mv dan untuk magnitudo mutlaknya diberi simbol Mv.
Jadi untuk bintang A ternyata mv > mf sedang sebaliknya dengan bintang B yang ternyata mv < mf. Selisih antara magnitudo fotografik dengan magnitudo visual atau mf - mv suatu bintang dinamakan indeks warna.
Pada contoh di atas  bintang A adalah bintang biru memiliki mf < mv sehingga mf - mv menjadi negatif sedangkan untuk bintang B sebagai kuning memiliki indeks warna mf - mv yang positif. Makin tinggi suhu bintang maka mf akan makin kecil dan mv makin besar sehingga indeks warna bintang makin kecil dan kemungkinan bisa negatif. Oleh karena itu, indeks warna ini dapat digunakan sebagai petunjuk suhu suatu permukaan bintang, dan suhu bintang ditentukan dengan menggunakan indeks warna dinamakan suhu warna.
Pada tahun 1950, Johnson dan Morgan mengajukan sistem magnitudo U (ultraviolet), B (biru), dan V (visual), dan sistem ini menghasilkan dua indeks warna U-B dan B-V. Indeks warna mf - mv bisa dituliskan dengan B-V. Indeks warna juga dapat dinyatakan dalam magnitudo mutlaknya Mf - Mv atau dapat dituliskan MB - Mv. Sesuai dengan hukum kebalikan kuadrat jarak dari cahaya, maka indeks warna suatu bintang tidak akan berubah meskipun ditempatkan pada jarak yang berbeda,misalnya pada jarak 10 parsec, sehingga dengan demikian,
           B-V=Mb-Mv.................... (1)
Sekarang ini orang telah membuat kertas film yang peka segala warna termasuk yang peka kuning yang memberi respon sama seperti mata manusia. Karena cahaya bintang biru bila ditangkap dengan kertas film peka biru akan lebih terang dibandingkan dengan pada kertas peka kuning, berarti megnitudo biru B kecil dari magnitudo kuning V, sehingga B-V menjadi negatif. Sebaliknya bintang kuning atau bintang merah memiliki magnitudo visual yang lebih kecil dibanding magnitudo biru sehingga indeks warnanya B-V menjadi positif.
Dengan demikian indeks warna itu memberikan ukuran warna suatu bintang. Indeks warna yang kecil atau negatif menandakan bintang itu makin biru dan indeks warna yang benar menunjukkan bintang itu kuning atau merah. Selanjutnya warna bintang menunjukkan suhu bintang. Ini berarti indeks warna itu juga memberikan indikasi suhu bintang. Pada suhu 104 K, magnitudo ultra violet, biru, dan visual atau U, B, dan V harganya sama satu dengan yang lainnya, sehingga pada suhu ini indeks warna bintang harganya nol, baik indeks warna U-B maupun B-V. Rentang indeks warna B-V adalah antara -0,4 untuk bintang yang paling biru dan +2 untuk bintang yang paling merah.
Sistem magnitudo U, B, V, hanya untuk daerah spektrum tertentu saja. Sistem magnitudio berlaku untuk seluruh daerah spektrum radiasi yang dinamakan magnitudo bolometrik dengan simbol mbol, dan magnitudo bolometrik pada jarak 10 parsec yang disebut magnitudo bolometrik mutlak yang diberi simbol Mbol. Selisih antara magnitudo visual dengan magnitudo bolometrik dinamakan koreksi bolometrik dengan simbol BC.
V- mbol=MV -Mbol ........................................(2)
Berikut ini adalah tabel warna pada bintang  dari yang paling panas hingga yang paling dingin (dalam Kubus, 2010):
Temperatur
Warna Bintang
Massa
Radius
Luminositas
Garis-garis Hidrogen
30,000 - 60,000 K
Biru
60
15
1,400,000
Lemah
10,000 - 30,000 K
Biru-putih
18
7
20,000
Menengah
7,500 - 10,000 K
Putih
3.2
2.5
80
Kuat
6,000 - 7,500 K
Kuning-putih
1.7
1.3
6
Menengah
5,000 - 6,000 K
Kuning
1.1
1.1
1.2
Lemah
3,500 - 5,000 K
Jingga
0.8
0.9
0.4
Sangat lemah
2,000 - 3,500 K
Merah
0.3
0.4
0.04
Hampir tidak terlihat

Berdasarkan spektrumnya, bintang dibagi ke dalam 7 kelas utama yang dinyatakan dengan huruf O, B, A, F, G, K, M yang juga menunjukkan urutan suhu, warna dan komposisi-kimianya. Klasifikasi ini dikembangkan oleh Observatorium Universitas Harvard dan Annie Jump Cannon pada tahun 1920-an dan dikenal sebagai sistem klasifikasi Harvard (dalam Wikipedia, 2010).

Kelas
Warna Bintang
Suhu Permukaan ºC
Contoh
O
Biru
>25.000
Spica
B
Putih-Biru
11.000-25.000
Rigel
A
Putih
7.500-11.000
Sirius
F
Putih-Kuning
6.000-7.500
Procyon A
G
Kuning
5.000-6.000
Matahari
K
Jingga
3.500-5.000
Arcturus
M
Merah
<3.500
Betelgeuse

0 komentar :

Post a Comment

Back To Top