Indeks Warna Bintang
Menurut hukum radiasi, bintang yang biru suhunya
lebih tinggi dari bintang yang warna cahayanya kuning. Magnitudi suatu bintang
baik magnitudo semu maupun magnitudo mutlaknya didasarkan pada terang bintang
yang diamati oleh mata disebut magnitudo visual yang diberi
simbol mv, untuk magnitudo semunya dan Mv untuk magnitudo
mutlak visual. Namun mata manusia
itu ternyata kepekaannya terhadap warna tidak sama. Mata manusia peka terhadap
cahaya kuning dan hijau dan kurang peka terhadap warna biru dan ungu.
Sedangkan emulsi
foto atau plat film itu peka terhadap bahaya biru-ungu tetapi kurang peka
terhadap cahaya kuning dan bahkan tidak merespon terhadap cahaya dengan panjang
gelombang yang lebih besar dari 500 nm. Sehingga terang bintang yang diamati
dengan mata biasa akan berbeda hasilnya bila diamati atau diambil dengan kertas
film.
Misalkan ada dua bintang A dan B di mana A adalah bintang
biru dan B adalah bintang kuning. Andaikan energi cahaya yang ditangkap melalui
teleskop dari kedua bintang itu sama banyaknya. Namun mata akan mengamati
bintang B lebih terang dari bintang A. Sedangkan bila cahaya kedua bintang itu
ditangkap dengan kertas film maka hasilnya akan nampak bintang A lebih terang
dari pada bintang B. Hal ini disebabkan karena bintang A lebih banyak memancarkan
energi pada daerah biru dibandingkan dengan daerah kuning dibandingkan dengan
daerah biru. Jadi magnitudo bintang A bila dilihat dengan mata akan lebih besar
dari magnitudo bintang B, sedangkan bila ditangkap dengan kertas foto, maka
bintang A magnitudonya akan lebih kecil daro pada bintang B. Magnitudo yang
dihasilkan dengan plat foto yang peka biru disebut magnitudo fotografik yang
diberi simbol mf, dan untuk magnitudo mutlaknya diberi simbol Mf.
Magnitudo bintang yang didasarkan pada hasil pengamatan mata biasa dinamakan
magnitudo visual yang diberi simbol mv dan untuk magnitudo mutlaknya
diberi simbol Mv.
Jadi untuk bintang A ternyata mv > mf
sedang sebaliknya dengan bintang B yang ternyata mv < mf.
Selisih antara magnitudo fotografik dengan magnitudo visual atau mf
- mv suatu bintang dinamakan indeks
warna.
Pada contoh di atas
bintang A adalah bintang biru memiliki mf < mv
sehingga mf - mv menjadi negatif sedangkan untuk bintang
B sebagai kuning memiliki indeks warna mf - mv yang
positif. Makin tinggi suhu bintang maka mf akan makin kecil dan mv
makin besar sehingga indeks warna bintang makin kecil dan kemungkinan
bisa negatif. Oleh karena itu, indeks warna ini dapat digunakan sebagai
petunjuk suhu suatu permukaan bintang, dan suhu bintang ditentukan dengan
menggunakan indeks warna dinamakan suhu
warna.
Pada tahun 1950, Johnson dan Morgan mengajukan sistem
magnitudo U (ultraviolet), B (biru), dan V (visual), dan sistem ini menghasilkan dua indeks warna U-B dan B-V. Indeks warna mf - mv bisa dituliskan
dengan B-V. Indeks warna juga
dapat dinyatakan dalam magnitudo mutlaknya Mf - Mv atau dapat dituliskan MB - Mv. Sesuai
dengan hukum kebalikan kuadrat jarak dari cahaya, maka indeks warna suatu
bintang tidak akan berubah meskipun ditempatkan pada jarak yang
berbeda,misalnya pada jarak 10 parsec, sehingga dengan demikian,
Sekarang ini orang telah membuat kertas film yang peka
segala warna termasuk yang peka kuning yang memberi respon sama seperti mata
manusia. Karena cahaya bintang biru bila ditangkap dengan kertas film peka biru
akan lebih terang dibandingkan dengan pada kertas peka kuning, berarti
megnitudo biru B kecil dari magnitudo kuning V, sehingga B-V menjadi negatif. Sebaliknya bintang kuning
atau bintang merah memiliki magnitudo visual yang lebih kecil dibanding
magnitudo biru sehingga indeks warnanya B-V menjadi positif.
Dengan demikian indeks warna itu memberikan ukuran warna
suatu bintang. Indeks warna yang kecil atau negatif menandakan bintang itu
makin biru dan indeks warna yang benar menunjukkan bintang itu kuning atau
merah. Selanjutnya warna bintang menunjukkan suhu bintang. Ini berarti indeks
warna itu juga memberikan indikasi suhu bintang. Pada suhu 104 K,
magnitudo ultra violet, biru, dan visual atau U, B, dan V
harganya sama satu dengan yang lainnya, sehingga pada suhu ini indeks warna
bintang harganya nol, baik indeks warna U-B maupun B-V. Rentang indeks warna
B-V adalah antara -0,4 untuk bintang yang paling biru dan +2 untuk bintang yang
paling merah.
Sistem magnitudo U, B, V, hanya untuk daerah spektrum
tertentu saja. Sistem magnitudio berlaku untuk seluruh daerah spektrum radiasi
yang dinamakan magnitudo bolometrik dengan
simbol mbol, dan
magnitudo bolometrik pada jarak 10 parsec yang disebut magnitudo bolometrik mutlak yang diberi simbol Mbol. Selisih antara
magnitudo visual dengan magnitudo bolometrik dinamakan koreksi bolometrik dengan simbol BC.
Berikut ini adalah tabel warna pada bintang dari yang paling panas hingga yang paling
dingin (dalam Kubus, 2010):
Temperatur
|
Warna Bintang
|
Massa
|
Radius
|
Luminositas
|
Garis-garis
Hidrogen
|
30,000 - 60,000 K
|
Biru
|
60
|
15
|
1,400,000
|
Lemah
|
10,000 - 30,000 K
|
Biru-putih
|
18
|
7
|
20,000
|
Menengah
|
7,500 - 10,000 K
|
Putih
|
3.2
|
2.5
|
80
|
Kuat
|
6,000 - 7,500 K
|
Kuning-putih
|
1.7
|
1.3
|
6
|
Menengah
|
5,000 - 6,000 K
|
Kuning
|
1.1
|
1.1
|
1.2
|
Lemah
|
3,500 - 5,000 K
|
Jingga
|
0.8
|
0.9
|
0.4
|
Sangat lemah
|
2,000 - 3,500 K
|
Merah
|
0.3
|
0.4
|
0.04
|
Hampir tidak terlihat
|
Berdasarkan spektrumnya, bintang dibagi ke dalam 7 kelas
utama yang dinyatakan dengan huruf O, B, A, F, G, K, M yang juga menunjukkan
urutan suhu, warna dan komposisi-kimianya. Klasifikasi ini dikembangkan oleh
Observatorium Universitas Harvard dan Annie Jump Cannon pada tahun 1920-an dan
dikenal sebagai sistem klasifikasi Harvard (dalam Wikipedia, 2010).
Kelas
|
Warna Bintang
|
Suhu Permukaan ºC
|
Contoh
|
O
|
Biru
|
>25.000
|
Spica
|
B
|
Putih-Biru
|
11.000-25.000
|
Rigel
|
A
|
Putih
|
7.500-11.000
|
Sirius
|
F
|
Putih-Kuning
|
6.000-7.500
|
Procyon A
|
G
|
Kuning
|
5.000-6.000
|
Matahari
|
K
|
Jingga
|
3.500-5.000
|
Arcturus
|
M
|
Merah
|
<3.500
|
Betelgeuse
|
0 komentar :
Post a Comment