Pendekatan Discovery dan atau Inquiry dalam SAINS
Gambar Siswa Praktikum
Secara tradisional, pengajaran IPA menekankan pada
penghapalan rumus-rumus, konsep-konsep, prinsip-prinsip atau suatu bentuk
problem tertentu. Dapat dikatakan bahwa pengajaran IPA lebih ditekankan pada
produk daripada proses-proses IPA. Dalam mengembangkan pengajaran IPA yang
lebih modern maka di SD, SMP, maupun di SMA dalam beberapa tahun terakhir ini
dikembangkan pengajaran IPA yang lebih menekankan keterlibatan siswa dalam
proses belajar yang aktif melalui kegiatan-kegiatan yang berorientasikan pada “discovery”
dan atau “inquiry”.
a.
Pendekatan Discovery
Menurut Carin (1985) discovery adalah suatu proses
mental dimana anak atau individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip.
Dengan kata lain, discovery terjadi apabila siswa terutama terlibat dalam
menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
Misalnya, siswa mungkin menemukan “apa gaya gravitasi itu”, yaitu siswa membuat
suatu konsep tentang gravitasi,atau siswa menemukan suatu prinsip ilmiah bahwa
“gravitasi adalah gaya interaksi dari massa”. Suatu kegiatan discovery ialah
suatu kegiatan atau pelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa
dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya
sendiri.
Bagi seorang siswa untuk membuat suatu
penemuan-penemuan, ia harus melakukan proses mental, misalnya mengamati,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, mengukur, menjelaskan, menarik
kesimpulan, dan sebagainya. Pengajaran discovery harus meliputi
pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat mengembangkan
proses-proses discovery.
b.
Pendekatan Inquiry
Kata inquiry berasal dari bahasa yang menurut kamus
berarti “pertanyaan” atau “penyelidikan”. Sedangkan menurut para ahli yang
mencoba menerangkan apakah yang dimaksud pendekatan inquiry adalah sebagai
berikut:
·
Piaget:
Pendidikan yang mempersiapkan situasi
bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa
yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban atas pertanyaannya
sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukannya dengan apa yang ditemukan anak-anak
lainnya.
·
Kuslan
dan Stone:
Pengalaman inquiry
merupakan pengajaran dimana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa
ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan.
Lebih lanjut Kuslan
dan Stone juga memberikan definisi operasional tentang pendekatan inquiry.
Menurut mereka pendekatan inquiry ditandai oleh ciri-ciri berikut:
a. Menggunakan keterampilan-keterampilan proses IPA.
b. Waktu tidak menjadi masalah, tidak ada keharusan
untuk menyelesaikan unit tertentu dalam waktu tertentu.
c. Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih
dahulu. Jawaban-jawaban ini tidak ditemukan dalam buku pelajaran, sebab buku-buku
pelajaran dan buku-buku petunjuk yang dipilih berisi pertanyaan-pertanyaan dan
saran-saran untuk menemukan jawaban, bukan memberikan jawaban.
d. Anak-anak berhasrat sekali untuk menemukan
pemecahan masalah.
e. Proses belajar mengajar berpusat pada pertanyaan
“mengapa”, “bagaimana kita mengetahui”, dan pertanyaan seperti, “betulkan
kesimpulan kita ini” sering juga dikemukakan.
f. Suatu masalah ditemukan lalu dipersempit, hingga
terlihat ada kemungkinan masalah ini dapat dipecahkan oleh siswa.
g. Hipotesis dirumuskan oleh siswa-siswa untuk
membimbing penyelidikan.
h. Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data
dengan melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca, dan menggunakan
sumber-sumber lain.
i.
Semua usul
ini dinilai bersama. Bila mungkin ditentukan pula asumsi-asumsi,
keterbatasan-keterbatasan dan kesukaran-kesukarannya.
j.
Para siswa
melakukan penelitian secara individu atau kelompok, untuk mengumpulkan data
yang diperlukan untuk untuk menguji hipotesis.
k. Para siswa mengolah data sehingga mereka sampai
pada kesimpulan sementara. Juga diusahakan untuk memberikan uraian-uraian
secara ilmiah.
Dari uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan inquiry lebih menekankan pada
pencarian pengetahuan daripada perolehan pengetahuan.
Inquiry dibentuk
dan meliputi discovery, karena siswa harus menggunakan kemampuan discovery dan
lebih banyak lagi. Dengan kata lain, inquiry adalah suatu perluasan
proses-proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai
tambahan dalam proses-proses discovery, inquiry mengandung proses-proses mental
yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan permasalahan, merancang
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik
kesimpulan, mempunyai sikap-sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka
dan sebagainya.
Pengajaran inquiry
harus meliputi pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin bahwa siswa dapat
mengembangkan proses inquiry. Lebih lanjut Carin (1985) menekankan pengajaran
discovery dengan batas-batas tertentu untuk siswa sekolah dasar kelas yang
lebih rendah, kemudian mengenalkan inquiry kepada siswa-siswa yang lebih atas
kelasnya yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektualnya.
Jelaslah tampak
bahwa siswa dapat berkembang kemampuan berpikir ‘discovery-inquiry”nya, hanya
apabila ia terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menuntut pelaksanaan
tugas-tugas mental tersebut di atas. Karena siswa sesungguhnya tidak pernah
menguasai setiap tugas mental dengan sempurna, anak hanya ada suatu tingkatan
di mana siswa itu menjadi ahli dalam mempelajari tentang “to discover” dan atau
“to inquiry”.
c. Keuntungan Penggunaan Pendekatan Discovery /
Inquiry dalam Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA dengan menggunakan
pendekatan discovery / inquiry akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan
sebagai berikut:
- Siswa dapat
memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik
- Membantu dalam
menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi proses belajar
yang baru.
- Mendorong siswa
untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
- Mendorong siswa
untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
- Memberikan
kepuasan yang bersifat intinsik.
- Situasi proses
belajar mengajar menjadi lebih merangsang.
- Pengajaran
menjadi berpusat pada siswa (student centered). Salah satu prinsip
psikologi tentang belajar menyatakan bahwa makin banyak keterlibatan siswa
dalam kegiatan belajar, maka makin besar baginya untuk mengalami proses
belajar.
- Proses belajar
melalui kegiatan inquiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri
siswa. Apabila siswa memiliki konsep diri yang baik, maka secara
psikologis diri siswa akan merasa aman, terbuka terhadap
pengalaman-pengalaman baru, berkeinginan untuk selalu mengambil dan
mengeksplorasi kesempatan-kesempatan yang ada, lebih kreatif, dan umumnya
memiliki mental yang sehat.
Salah satu tugas dalam pembentukan
siswa yang baik adalah pembentukan konsep diri siswa. Guru dapat melakukan hal
ini dengan jalan melibatkan siswa dalam proses discovery/inquiry, karena
melalui keterlibatan siswa secara aktif akan dapat memanifestasi potensi siswa
dan memperoleh pengetahuan tentang dirinya. Pengajaran dengan pendekatan ini
memberikan kesempatan kepada siswa dalam keterlibatan yang lebih besar, yaitu
memberikan lebih banyak kesempatan bagio siswa untuk memperoleh kesadaran dan
mengembangkan konsep diri siswa yang lebih baik.
- Tingkat
pengharapan siswa bertambah
Bagian dari konsep diri siswa adalah
tingkat pengharapannya, yaitu siswa mempunyai ide tertuntu tentang bagaimana ia
dapat menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri. Tetapi, banyak siswa yang
mendapat tingkat pengharapan rendah. Misalnya mereka merasa: “ Saya tidak dapat
mengerjakan soal-soal IPA”, “Saya tidak pernah memperoleh nilai yang baik pada
mata pelajaran IPA”. Sebenarnya, melalui kegiatan discovery/inquiry siswa
mungkin dapat memperoleh pengalaman yang sukses dalam mengunakan bakat-bakatnya
untuk menyelidiki atau memecahkan problem-problem. “ Saya dapat memecahkan
problem IPA dengan cara saya sendiri tanpa pertolongan orang lain”.
- Mengembangkan
bakat kemampuan individu
Individu memiliki suatu kumpulan lebih
dari 120 bakat. Bakat akademik hanya berhubungan dengan beberapa saja. Lebih
banyak kebebasan (fleksibel) dalam proses belajar bagi siswa, berarti makin
besar kemungkinan baginya untuk dapat mengembangkan bakat-bakat lainnya. Bila
siswa bekerja sama memecahkan atau menyelidiki beberapa problem: maka mereka
mungkin terlibat dalam pengembangan bakat-bakat lainnya misalnya, merencanakan,
mengorganisasi, berkomunikasi, kreativitas, dan akademik.
- Menghindarkan
siswa dari cara-cara belajar tradisional (menghapal).
Belajar dengan cara menghafal akan
membuat siswa menjadi cepat lupa (retensinya kurang). Dengan cara inquiry akan
menyebabkan konsep-konsep yang dibangun siswa menjadi bermakna dan akan
bertahan lama. Hal ini disebabkan karena siswa sendiri yang menemukan
konsep-konsep atau prinsip-pinsipnya.
- Memberikan waktu
bagi siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Sering kali guru tidak memberikan
waktu yang cukup untuk siswa berpikir dalam hubungannya dalam proses belajar.
Siswa memerlukan waktu dalam menggunakan daya otaknya untuk berpikir dan
memperoleh pengertian tentang konsep, prinsip, dan teknik-teknik memecahkan
suatu problem ( Amien, 1987).
Jenis-jenis kegiatan
Discovery/Inquiry
Pengenbangan kegiatan discovery/inquiry pada diri
siswa melalui pengajaran Ipa dapat dilakukan dengan berbagai jenis
kegiatan-kegiatan sebagai berikut. Sund dan Trowbridge mengemukakan 3 macam
pendekatan inquiry.
- Guided inquiry
(inquiry terbimbing)
- Free inquiry
(inkuiri bebas)
- Modified inquiry
(inkuiri dimodifikasi)
Dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan
inquiry terbimbing, siswa memperoleh petunjuk-petunjuk seperlunya.
Petunjuk-petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
membimbing. Pendekatan ini terutama digunakan bagi siswa-siswa yang belum
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuri. Pada tahap pemulaan diberian
lebih banyak bimbingan. Lambat laun bimbingan itu dikurangi.
Baca juga:
0 komentar :
Post a Comment