Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran SAINS
Gambar Proses Pembelajaran |
a.
Pendekatan Inquiry
Kata inquiry berasal dari bahasa inggris
yang menurut kamus berarti “pertanyaan” atau “penyelidikan”. Sedangkan menurut
para ahli yang mencoba menerangkan apakah yang dimaksud pendekatan inquiry
adalah sebagai berikut.
·
Piaget:
Pendidikan yang mempersiapkan situasi
bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa
yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban atas pertanyaannya
sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukannya dengan apa yang ditemukan anak-anak
lainnya.
·
Kuslan
dan Stone:
Pengalaman inquiry
merupakan pengajaran dimana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa
ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan.
Lebih lanjut Kuslan
dan Stone juga memberikan definisi operasional tentang pendekatan inquiry.
Menurut mereka pendekatan inquiry ditandai oleh ciri-ciri berikut:
a. Menggunakan keterampilan-keterampilan proses IPA.
b. Waktu tidak menjadi masalah, tidak ada keharusan
untuk menyelesaikan unit tertentu dalam waktu tertentu.
c. Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih
dahulu. Jawaban-jawaban ini tidak ditemukan dalam buku pelajaran, sebab
buku-buku pelajaran dan buku-buku petunjuk yang dipilih berisi
pertanyaan-pertanyaan dan saran-saran untuk menemukan jawaban, bukan memberikan
jawaban.
d. Anak-anak berhasrat sekali untuk menemukan
pemecahan masalah.
e. Proses belajar mengajar berpusat pada pertanyaan
“mengapa”, “bagaimana kita mengetahui”, dan pertanyaan seperti, “betulkan
kesimpulan kita ini” sering juga dikemukakan.
f. Suatu masalah ditemukan lalu dipersempit, hingga
terlihat ada kemungkinan masalah ini dapat dipecahkan oleh siswa.
g. Hipotesis dirumuskan oleh siswa-siswa untuk
membimbing penyelidikan.
h. Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data
dengan melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca, dan menggunakan
sumber-sumber lain.
i.
Semua usul
ini dinilai bersama. Bila mungkin ditentukan pula asumsi-asumsi,
keterbatasan-keterbatasan dan kesukaran-kesukarannya.
j.
Para siswa
melakukan penelitian secara individu atau kelompok, untuk mengumpulkan data
yang diperlukan untuk untuk menguji hipotesis.
k. Para siswa mengolah data sehingga mereka sampai
pada kesimpulan sementara. Juga diusahakan untuk memberikan uraian-uraian
secara ilmiah.
Dari uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan inquiry lebih menekankan pada
pencarian pengetahuan daripada perolehan pengetahuan
dan dalam pendekatan inkuiri ini akan mengunakan keterampilan-keterampilan
proses dalam IPA.
Pendekatan
discovery merupakan pendekatan mengajar yang memerlukan proses mental, seperti
mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga, men-jelaskan, dan mengambil
kesimpulan.
Pada kegiatan discovery guru hanya memberikan masalah dan siswa disuruh
memecahkan masalah melalui percobaan. Pada pendekatan inquiry, siswa mengajukan
masalah sendiri sesuai dengan pengarahan guru. Keterampilan mental yang
dituntut lebih tinggi dari discovery antara lain: merancang dan melakukan
percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, dan mengambil kesimpulan.
b. Tiga Macam Pendekatan Inkuiri
Menurut Sund dan
Trowbridge ada tiga macam pendekatan inkuiri, yaitu :
- Guided inquiry
(inquiry terpimpin)
- Free inquiry
(inkuiri bebas)
- Modified free inquiry
(inkuiri bebas yang dimodifikasi)
Dalam proses belajar mengajar dengan
pendekatan inquiry terbimbing, siswa memperoleh petunjuk-petunjuk seperlunya.
Petunjuk-petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
membimbing. Pendekatan ini terutama digunakan bagi siswa-siswa yang belum
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuri. Pada tahap pemulaan diberian
lebih banyak bimbingan. Lambat laun bimbingan itu dikurangi. Adapun langkah-langkah penerapan pendekatan inquiry
terpimpin dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1. Persiapan
Dalam tahap ini, guru harus membuat
perencanaan pembelajaran dengan matang, misalnya merumuskan masalah, merumuskan
tujuan pembelajaran khusus, dan menjelaskan jalannya Inquiry terpimpin.
2. Pelaksanaan
a.
Guru
mengemukakan masalah tertentu, kemudian siswa diberikan kesempatan bertanya tentang masalah yang
ditentukan sekaligus menetapkan hipotesis. Siswa juga dapat menanyakan jalannya
Inquiry terpimpin jika dianggap belum jelas,
b.
Siswa diberikan
kesempatan mengumpulkan data yang relevan yang sebanyak-banyaknya melalui
kegiatan observasi, eksperimen, dan bertanya. Selanjutnya data yang diperoleh
dianalisis untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah ditetapkan.
c.
Siswa
diberikan kesempatan bertanya seluas mungkin tentang suatu masalah sampai
mereka merasa mampu untuk mengambil kesimpulan. Guru tidak dibenarkan memberikan jawaban yang sifatnya
menjawab atau memecahkan masalah.
d.
Siswa
menemukan masalah kesimpulan atau pendapat sementara beserta alasan-alasannya.
3. Penutup
a. Guru bersama-sama siswa menguji atau membahas pendapat
atau kesimpulan sementara yang
disampaikan siswa atas dasar bukti atau data yang diperoleh. Pengujian dilakukan melalui kegiatan eksperimen
atau demonstrasi.
b.
Pengambilan
kesimpulan dilakukan oleh siswa dibantu atau diklarifikasi oleh guru sehingga siswa tidak akan
memperoleh kesimpulan yang salah.
Proses belajar mengajar dengan
pendekatan inkuiri bebas adalah siswa yang melakukan penelitian sendiri sebagai
seorang ilmuan. Namuan pendekatan ini sulit diterapkan karena sewaktu-waktu
siswa juga akan memerlukan bimbingan.
Sedangkan proses belajar mengajar dengan pendekatan inkuiri bebas
yang dimodifikasi adalah guru yang menyiapkan masalah bagi siswa. Dalam hal ini peran guru adalah pemberi masalah
yang kemudian oleh siswa masalah tersebut harus dipecahkan melalui pengamatan, eksplorasi atau
melalui penelitian ilmiah. Guru mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan pengarah.
c. Keuntungan Penggunaan Pendekatan Inquiry dalam
Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA dengan menggunakan
pendekatan discovery / inquiry akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan
sebagai berikut:
- Siswa dapat
memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik
- Membantu dalam
menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi proses belajar
yang baru.
- Mendorong siswa
untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
- Mendorong siswa
untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
- Memberikan
kepuasan yang bersifat intinsik.
- Situasi proses
belajar mengajar menjadi lebih merangsang.
- Pengajaran
menjadi berpusat pada siswa (student centered). Salah satu prinsip
psikologi tentang belajar menyatakan bahwa makin banyak keterlibatan siswa
dalam kegiatan belajar, maka makin besar baginya untuk mengalami proses
belajar.
- Proses belajar
melalui kegiatan inquiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri
siswa. Apabila siswa memiliki konsep diri yang baik, maka secara
psikologis diri siswa akan merasa aman, terbuka terhadap
pengalaman-pengalaman baru, berkeinginan untuk selalu mengambil dan
mengeksplorasi kesempatan-kesempatan yang ada, lebih kreatif, dan umumnya
memiliki mental yang sehat.
Salah satu tugas dalam pembentukan
siswa yang baik adalah pembentukan konsep diri siswa. Guru dapat melakukan hal
ini dengan jalan melibatkan siswa dalam proses discovery/inquiry, karena
melalui keterlibatan siswa secara aktif akan dapat memanifestasi potensi siswa
dan memperoleh pengetahuan tentang dirinya. Pengajaran dengan pendekatan ini
memberikan kesempatan kepada siswa dalam keterlibatan yang lebih besar, yaitu
memberikan lebih banyak kesempatan bagio siswa untuk memperoleh kesadaran dan
mengembangkan konsep diri siswa yang lebih baik. Carin (1978) melukiskan
pembentukan manusia seutuhnya ( a fully functioning person) sebagai
berikut.
d.
Kelemahan-kelemahan
dalam pendekatan inkuiri.
1.
Diperlukan keharusan kesiapan mental untuk cara belajar. Dengan percaya
diri yang kuat. Pembelajar harus mampu menghilangkan hambatan.
2.
Kalau pendekatan inkuiri diterapkan dalam kelas dengan jumlah pembelajar
yang besar, kemungkinan besar tidak berhasil.
3.
Pembelajar yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional yang telah
dirancang pengajar, biasanya agak sulit untuk memberi dorongan. Lebih-lebih kalau
harus belajar mandiri. Dampaknya dapat mengecewakan pengajar dan pembelajar
sendiri.
4.
Lebih mengutamakan dan mementingkan pengertian,
sikap dan keterampilan memberi kesan terlalu idealis.
e. Prinsip –
prinsip Penggunaan Inkuiri
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan
utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan
demikian strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses
pembelajaran dengan menggunkan strategi inquiri bukan ditentukan sejauh mana
siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa
beraktivitas mencari dan menemukan.
b. Prinsip Interaksi
Proses
pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa
maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan.
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu
sendiri.
c. Prinsip Bertanya
Peran
guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inkuiri adalah guru sebagai
penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya
sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
d. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar
bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berpikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi
seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e. Prinsip Keterbukaan
Pembelajaran
yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai
hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan
ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan
secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
f. Tahapan Pendekatan Inkuiri
Menurut Liliasari dan Dahar (1986), pendekatan inquiry
mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut.
- Mengamati
Untuk dapat mencapai keterampilan dalam mengamati, siswa
harus menggunakan sebanyak mungkin inderanya, yaitu melihat, mendengar,
merasakan, mencium, dan mencicipi. Dengan demikian, mereka dapat mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan dan memadai. Selanjutnya siswa harus mampu mencari
persamaan dan perbedaan.
- Menafsirkan pengamatan
Untuk dapat menafsirkan pengamatan, siswa harus mencatat
setiap pengamatan secara terpisah. Kemudian mereka akan menghubung-hubungkan
pengamatan-pengamatan yang terpisah itu. Selanjutnya mereka akan menemukan
suatu pola dalam satu seri pengamatan dan akhirnya mereka akan mengambil suatu
kesimpulan.
- Meramalkan
Apabila siswa dapat menggunakan pola-pola hasil
pengamatannya untuk mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang
belum diamatinya, maka siswa mempunyai keterampilan dalam proses meramalkan.
- Merencanakan penelitian
Agar siswa dapat memiliki keterampilan dalam proses
merencanakan penelitian, maka mereka harus dapat menentukan alat dan bahan yang
akan digunakan dalam penelitian. Selanjutnya siswa harus dapat menentukan apa
yang akan diamati, diukur atau ditulis, serta menentukan bagaimana cara untuk
mengolah hasil-hasil pengamatan tersebut.
- Menerapkan konsep
Keterampilan dalam proses menerapkan konsep, dicapai
oleh siswa apabila mereka dapat menggunakan konsep yang telah dipelajarinya
dalam situasi baru atau menerapkan konsep itu pada pengalaman-pengalaman baru
untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.
Dalam penerapan pendekatan inquiry, maka guru perlu
memahami beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam merancang inquiry
seperti disarankan oleh Keffer (dalam Ghofur, 2008) di antaranya sebagai
berikut:
·
Siswa harus dihadapkan dengan masalah-masalah
yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan dan sumbernya bisa dari siswa sendiri
maupun dari guru. Jadi permasalahan yang dikemukakan merupakan suatu
fenomena-fenomena yang ada di kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menimbulkan
rasa ingin tahu yang besar terhadap penyebab atau proses yang terjadi dalam
fenomena tersebut. Misalnya, mengapa jika salah satu ujung sendok yang terbuat
dari besi di celupkan pada air panas maka lama-kelamaan ujung yang satunya juga
akan panas?
·
Siswa harus diberi keyakinan bahwa mereka
dapat menyelesaikan masalahnya. Dalam hal ini guru harus dapat menjadi
fasilitator dan motivator bagi siswa. Siswa mungkin akan merasa kesulitan dan
berputus asa pada saat mengalami hambatan jika tidak dibantu oleh guru. Jadi
peran guru dalam membimbing siswa sangat diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi.
·
Siswa harus memiliki informasi awal tentang
masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, guru harus berperan dalam memberikan
informasi pendukung baik dengan cara melibatkan siswa bekerja bersama guru atau
diberikan saran tentang sumber-sumber dan wujud informasi yang dibutuhkan dan
dapat dicari dan diperolehnya sendiri.
·
Siswa harus diberikan kesempatan melakukan
sendiri dan mengevaluasi hasil kegiatannya. Guru memonitor kegiatan siswa dan
memberi bantuan jika siswa betul-betul sudah tidak mampu memecahkan masalahnya.
·
Siswa diberikan waktu cukup untuk bekerja baik
secara individual maupun berkelompok dan perlu diberikan contoh yang tepat dan
agar dapat membedakan contoh salah yang berkaitan dengan masalah.
·
Dalam proses pembelajaran berdasarkan
pendekatan inquiry maka perlu adanya tahapan-tahapan pembelajaran. Tahapan
pembelajaran dalam pendekatan inqury tidak jauh berbeda dengan langkah-langkah
kerja ilmiah yang ditempuh oleh para ilmuan dalam menemukan sesuatu. Tabel
berikut ini adalah tahapan dan tingkah laku guru serta contoh dalam
pembelajaran melalui pendekatan inqury (Subrata, 2008).
Tabel 1. Tahapan Pembelajaran melalui Pendekatan Inqury
Tahap
|
Tingkah Laku Guru
|
Contoh
|
Tahap 1
Observasi
untuk menemukan masalah
|
Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang memungkinkan
siswa menemukan masalah.
|
Jika salah satu ujung sendok yang terbuat dari besi dicelupkan ke
air panas maka lama-kelamaan ujung yang satunya lagi akan panas
|
Tahap 2
Merumuskan masalah
|
Guru membimbing siswa merumuskan masalah penelitian berdasarkan
kejadian dan fenomena yang disajikannya.
|
Mengapa ujung yang lain juga ikut panas jika salah satu ujung
sendok dicelupkan ke air panas?
|
Tahap 3
Mengajukan hipotesis
|
Guru membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis terhadap masalah
yang telah dirumuskannya.
|
Proses apakah yang terjadi jika salah satu ujung sendok dipanaskan
kemudian lama-kelamaan ujung yang lain juga akan terasa panas?
|
Tahap 4
Merencanakan pemecahan masalah (melalui eksperimen atau cara lain)
|
Guru membimbing siswa untuk merencanakan pemecahan masalah,
membantu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur
kerja yang tepat.
|
Siswa diajak melakukan percobaan dengan membakar salah satu ujung
sendok besi tersebut. Di mana guru telah menyiapkan sendok dengan panjang
yang berbeda-beda.
|
Tahap 5
Melaksanakan eksperimen (atau cara pemecahan masalah yang lain)
|
Selama siswa bekerja guru membimbing dan memfasilitasi.
|
Berapa lama waktu yang anda perlukan sehingga ujung yang lain juga
terasa panas?
|
Tahap 6
Melakukan pengamatan dan pengumpulan data
|
Guru melakukan monitoring.
|
Berapa lama waktu yang anda perlukan dalam memanaskan sendok besi
yang panjangnya berbeda sehingga ujung yang lain juga terasa panas?
|
Tahap 7
Analisis data
|
Guru membantu siswa menganalisis data supaya menemukan sesuatu
konsep.
|
Apakah waktu untuk memanaskan sendok tersebut hingga ujung yang
lainnya terasa panas berbeda?
|
Tahap 8
Penarikan kesimpulan atau penemuan
|
Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan berdasarkan data dan
menemukan sendiri konsep yang ingin ditanamkan.
|
Apa yang dapat anda simpulkan melalui kegiatan percobaan ini?
|
0 komentar :
Post a Comment