|| Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1938 ||
Selamat datang kembali sahabat bloger, pada kesempatan ini saya akan mengulas perayaan hari raya nyepi yang baru saja umat hindu laksanakan pada hari Rabu, 9 Maret 2016 kemarin. Hari Raya nyepi berasal dari kata sepi yang berarti "sunyi". Pelaksanaan hari raya Nyepi sendiri merupakan perayaan tahun Baru umat Hindu yaitu Tahun Baru Caka berdasarkan penanggalan kalender Caka yang di mulai sejak tahun 78 Masehi.
Tidak seperti perayaan tahun baru masehi tiap malam pergantian tahun baru (31 Desember) yang dilaksanakan dengan meriah, pada hari raya Nyepi justru dilaksanakan dengan menyepi. Selama hari raya Nyepi umat Hindu di Bali melaksanakan Catur Bhrata Penyepian yaitu amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja/beraktivitas), amati lelungan (tidak berpergian) dan amati lelanguan (tidak melaksanakan hiburan).
Perayaan Nyepi khususnya di Bali terbilang sangat unik, karena ketika perayaan nyepi semua aktivitas di Bali ditiadakan, mulai kegiatan perkantoran, akses jalan raya-desa, transportasi(terminal/pelabuhan/bandara), sekolah, pariwisata (hotel,bungalo, tempat liburan/wisata) dan lain-lain. Salah satu contoh adalah, ditutupnya Bandara Terpadat Di Bali yaitu Bandara Ngurah Rai, Pelabuhan Gilimaknuk (Negara), dan Pelabuhan Padang Bai (Karangasem). Jika kita amati ke belakang, makna atau tujuan perayaan Nyepi sendiri adalah menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana agung (alam semesta).
Berikut beberapa rangkain upacara sebelum Hari Raya Nyepi yang dilaksanakan umat Hindu di Bali khusunya di Bali, yaitu:
1. Melasti, merupakan serangkaian upacara yang dilaksanakan untuk menyambut hari raya nyepi. Melasti sendiri memiliki makna untuk membersihkan diri secara niskala/tidak telihat/rohani dan membersihkan alam semesta. Berikut beberapa foto-foto pelaksanaan kegiatan melasti yang dilaksanakan di beberapa daerah di Bali:
|
Pelaksanaan Melasty (Foto: Rudy Perdana) |
|
Melasti (Foto: Kompyang Selamet) |
2. Mecaru/Pengrupukan.Mecaru merupakan pelaksanaan menyebar-nyebar nasi tawur, mengobor-obori rumah dan seluruh pekarang dengan menggunakan daun kelapa yang sudah kering. Upacara ini bermakna untuk mnegusir Bhuta Kala dari lingkungan rumah, ekarangan dan lingkungan sekitar. Biasanya pada saat mecaru inilah dibarengi dengan pengrupukan.
0 komentar :
Post a Comment